Wacana keagamaan bertradisi ARYA ternyata eksistensinya “sangat menghegemoni” wacana keagamaan bertradisi Semit. Wacana teologis bertradisi ARYA bukan hanya migrasi ke wilayah Asia Barat (Timur Tengah), tetapi wacana teologis bertradisi ARYA juga bermigrasi ke wilayah Asia Tenggara (Nusantara). Bahkan linguistik Indo-Arya ini menjadi penanda penerjemahan teks keagamaan Semit di Asia Tenggara. Fakta ini tidak dapat ditolak bila dikaji dari aspek filologis (linguistik historis). Kosakata dari bahasa Parsi dan bahasa Sanskrit keduanya sebagai penanda tradisi ARYA yang masih bertahan peranannya, terutama dalam pengayaan kosakata penerjemahan kitab-kitab pesantren dan kitab suci Kristen di Nusantara.
Istilah “Firdaus” ||
Migrasi dari Tradisi ARYA ke Tradisi Semit
* Arthur Jeffery, “the Foreign Vocabulary of the Quran” (Baroda: Oriental Institute, 1938) menyebut – pairìdaēza (Parsi) = par-di-su (Akkadia) = פרדיסא – pardisa (Targum Aram) = פרדס – pardes (Hebrew) = فردوس – firdaus (Arab) = παράδεισος – paràdeisos (LXX, Greek)
* Imam Jalaluddin al-Suyuthi – المهذب فيما وقع في القرأن من المعرب – dari bahasa Yunani – الجنة بلسان الرومية الفردوس – al-jannatu bi lisani al-Rumiyyah αλπάραδεος
Istilah “sorga” ||
Migrasi dari Tradisi ARYA ke Nusantara
Tafsir Al-Ibrīz juz II, hlm. 932
Aksara Pegon || Jawa-Kitabi
QS. Al-Kahfi 18:107
إن الذين أمنوا وعملوا الصلحت كانت لهم جنت الفردوس نزلا
جنت = افا فيرا ٢ سوواركا – apa pira-pira swarga
الفردوس = فردوس – firdaus
نزلا = حالى دادى أومه – khale dadi omah
Istilah “swarga” – سوواركا – berasal dari bahasa Sanskerta (kultur ARYA), dan istilah “firdaus” – فردوس – akarnya berasal dari bahasa Parsi (kultur ARYA). Teks bahasa Arab dan bahasa Jawa-Kitabi ini sebagai bukti adanya pemertahanan wacana Vedic Sanskrit dan Avestan dalam teks keagamaan di Asia Barat (Timur Tengah) dan Asia Tenggara (Nusantara).
Cakepan Suci ||
Orti Rahayu manut dane St. Lukas 23:43
“Ida Hyang Yesus raris ngandika ring ipun: “Guru ngorahin cening, didinane jani cening lakar bareng-bareng ajak Guru di Pirdaus.”
Kosakata “Guru” dari bahasa Sanskrit (ARYA) dan “Pirdaus” dari bahasa Parsi (ARYA).
Istilah “swargga”
Kakawin Sutasoma || Bahasa Jawa Kuna
Mpu Tantular, CXXXVI.7
lumreng rāt durbalang bhūmi sahana
matunū syūh těkeng swargga vūrņa
(Makhluk hidup di seluruh dunia tewas terbakar, bahkan sorga pun ikut dihancurkan)
Istilah “guru”
Srimad-Bhagavatam VII.12.1 || Bahasa Sanskrit
srī-nārada uvāca
brahmācārī guru-kule vasan sānto guror hitam
ācaran dāsavan nīco gurau sudŕdha-sauhŕdah
(Sri Narada berkata: “Seorang siswa harus berlatih mengendalikan indria-indrianya secara total. Ia harus patuh dan memiliki sikap persahabatan yang erat dengan sang guru. Dengan tekad yang kuat, seorang brahmacārì harus tinggal di guru-kula, semata-mata unruk melayani sang guru)