Penulis: Armida Arka Nuriyah, Editor: Heri Purnomo
Puasa dapat diartikan dengan menahan diri untuk tidak makan dan minum, serta beberapa hal yang membatalkan puasa. Menahan diri ini dimulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Puasa merupakan salah satu kegiatan yang memberikan banyak manfaat, terutama puasa wajib pada bulan Ramadhan yang dilakukan dalam 1 tahun sekali. Dalam hal ekonomi, puasa pada bulan Ramadhan ini memberikan efek yang positif, bahkan dapat mendorong atau meningkatkan perekonomian. Hasil kajian Nielsen Global Survey pada tahun lalu menyebutkan bahwa, momen Ramadhan mendorong permintaan barang konsumsi hingga 9,2 persen.
Banyak masyarakat yang menyadari bahwa dalam momen bulan Ramadhan ini harus melakukan banyak kebaikan, seperti bersedekah, zakat, infaq, menolong orang yang membutuhkan bantuan dan kebaikan-kebaikan lainnya. Hal inilah yang dapat menjadi faktor suatu ekonomi menjadi lancar dan meningkat. Permintaan konsumen cenderung naik pada saat bulan Ramadhan, dikarenakan banyaknya orang yang memesan suatu produk hanya untuk membagikannya kepada yang membutuhkan secara percuma.
Dilansir dari tahun lalu, data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan belanja masyarakat mengalami peningkatan pesat seiring dimulainya bulan Ramadhan di akhir Maret 2023. Indeks nilai belanja pada Maret 2023 mencapai 136,4 atau tertinggi sejak Januari 2023. Situasi yang sama terjadi di periode Ramadhan 2022 yang berakhir di bulan Maret. Indeks nilai belanja masyarakat pada Maret 2022 berada di level 159,9 atau level tertinggi selama pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Selalu ingat bahwa ketika kita melakukan kebaikan, maka secara tidak langsung kita telah berbuat baik kepada diri kita sendiri, karena sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, maka kebaikan itu akan kembali ke diri kita sendiri dalam bentuk apapun. Melalui aksi berbagi, kita dapat merasakan kebahagian dalam memberikan dan membantu mereka yang membutuhkan, menciptakan ikatan sosial yang kuat di tengah suasana suci bulan Ramadhan ini.