Penulis: Nurhidayati, Editor: Aisyah Puan Maharani
Selamat datang di bulan penuh berkah, Ramadhan! Sebuah momen yang dinanti-nantikan umat Muslim di seluruh dunia sebagai waktu untuk meningkatkan keimanan, pengendalian diri, dan kebaikan. Ramadhan adalah bulan di mana kita menjalankan puasa, beribadah dengan lebih intens, dan merenungkan berbagai aspek kehidupan.
Di balik kemarahan, lelah, dan lapar, tersembunyi kebahagiaan yang tak terkira saat kita menjalankan ibadah puasa. Ramadhan adalah panggung bagi kita untuk mempererat tali persaudaraan, meningkatkan empati terhadap sesama, dan memperdalam hubungan kita dengan Allah SWT.
Selama Ramadhan, kita memasuki medan perjuangan spiritual yang menuntut ketekunan dan kesabaran. Dengan menahan lapar dan haus sepanjang hari, kita belajar untuk mengendalikan hawa nafsu dan memahami penderitaan yang dialami oleh sesama yang kurang beruntung. Puasa bukan hanya tentang menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perilaku yang tidak pantas dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Ramadhan juga merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah dan meningkatkan hubungan dengan Al-Quran. Dengan membaca, memahami, dan merenungkan ayat-ayat suci, kita memperdalam pemahaman kita akan ajaran Islam dan menggali hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kegiatan-kegiatan seperti tarawih, itikaf, dan sedekah juga menjadi bagian penting dari rutinitas Ramadhan yang dapat meningkatkan pahala dan mendekatkan kita pada-Nya.
Tidak hanya itu, Ramadhan juga mengajarkan kita untuk berbagi dengan sesama. Melalui sedekah, infaq, dan zakat, kita dapat membantu mereka yang membutuhkan dan menjadikan Ramadhan sebagai waktu untuk memperbaiki kondisi sosial di sekitar kita. Semangat kebersamaan dan empati semakin terasa di bulan yang penuh berkah ini, mengingatkan kita akan pentingnya saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.
Di tengah-tengah kegiatan yang sibuk, marilah kita jangan lupa untuk merenungkan makna sebenarnya dari Ramadhan. Selain menjalankan kewajiban ibadah, mari kita gunakan bulan suci ini sebagai kesempatan untuk merenungkan tujuan hidup kita, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Dengan semangat yang menggebu, mari kita sambut Ramadhan dengan penuh kebahagiaan, kesyukuran, dan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi kita semua. Semoga Ramadhan ini memberikan berkah, perdamaian, dan kebahagiaan bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia.
Toleransi beragama sangat terasa di bulan Ramadan. Salah satunya tercermin ketika berburu takjil dan kudapan menjelang buka puasa. Tahun ini bulan Ramadan dirayakan secara meriah terutama di Indonesia. Tak lengkap rasanya berbuka puasa tanpa takjil seperti es buah, gorengan, hingga aneka kue sebagai teman berbuka.
Budaya berburu takjil ini cukup kental melekat di Indonesia. Buktinya hampir setiap daerah memiliki pasar takjil hingga barisan penjual makanan kaki lima yang mulai berjualan di pinggir jalan sejak sore hari. Tak heran penggemar takjil dan camilan untuk berbuka puasa ini tak hanya umat Muslim saja, tapi juga non Muslim. Mereka bahkan ikut berburu takjil lebih awal. Dari sana muncul banyak curhatan lucu dari netizen yang merasa punya saingan saat berburu takjil. “Selain setan yang dikurung (selama bulan Ramadan), tolong kurung nonis (non Islam) juga. Setidaknya dari jam tiga sore sampai waktu maghrib deh, biar takjil kami aman. Gue jam lima sore nyari takjil udah keabisan,” curhat salah satu pengguna TikTok yang mendapatkan banyak komentar di TikTok dan X (Twitter).
Banyak komentar lucu yang diberikan netizen, serta tanggapan netizen non Muslim tentang enaknya makanan dan camilan di bulan Ramadan.
“Ooooh tidak bisa. Puasa itu kewajibanmu, tapi takjil itu hak kita bersama,” canda @arie**.
“Tetangga gue yang non Muslim beli takjil di gue, dia bilang ini lontong isinya enak gak? Gue suruh coba, eh dia bilang kalo dia lagi puasa dan nunggu buka juga,” komen @lus**.
“Persaingan tinggi banget emang, udah mah Muslimnya pas berburu takjil rame keluar semua. Ketambahan colongan start dari non Muslim, makanya jam setengah lima sore ada yang penjualnya udah dikit. Jam lima yang sebenarnya sejam lebih buka udah kehitung telat karena pada habis,”cuhrat salah seorang netizen.
Tentunya curhatan tentang persaingan beli takjil antara Muslim dan non Muslim di bulan Ramadan lebih ke arah candaan saja. Di kolom komentar banyak netizen yang memuji bahwa bulan Ramadan memang dirayakan banyak orang di Indonesia dan tidak terbatas pada satu agama saja.
“Masya Allah, yang jalanin ibadahnya umat Islam, yang merayakannya seluruh umat,” puji netizen.
Selain berburu takjil, toleransi beragama pada bulan Ramadan juga terasa saat beberapa orang non Muslim memutuskan untuk mencoba berpuasa demi menghargai umat Muslim di bulan Ramadan.