Penulis: Fitri Rokhmaturrizqiyahm, Editor: Aisyah Puan Maharani
Marhaban Ya Ramadhan, Ramadhan bulan yang penuh dengan berkah. Begitupun belanja masyarakat cenderung meningkat karena tradisi bulan puasa sebagai momen istimewa membawa ekonomi semakin meningkat. Pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa (12/3/2024). Disitulah muncul harapan momen Ramadhan dan perayaan Idul Fitri tahun ini bisa membawa peningkatan pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian. Dari tahun ke tahun, Ramadhan dan Idul Fitri selalu berkontribusi dalam mempercepat perputaran ekonomi nasional. Hal tersebut dikarenakan besaran pengeluaran untuk konsumsi masyarakat di periode ini cenderung lebih tinggi daripada hari-hari biasa, mulai dari pemenuhan kebutuhan pangan, pakaian, hingga rekreasi semua masyarakat. Tidak hanya oleh masyarakat Muslim, semarak Ramadhan dan lebaran juga turut diikuti oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, aktivitas konsumsi masyarakat yang meningkat selama Ramadhan turut menjadi dorongan dalam pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan II 2023, konsumsi rumah tangga menjadi pondasi utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran, dengan kontribusi sebesar 53,31%. Pada periode tersebut, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,23 persen secara tahunan. Adapun ekonomi Indonesia pada triwulan II 2023, yang beriringan dengan momen Ramadhan dan lebaran tumbuh sebesar 5,17%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan I 2023 yang sebesar 5,03 persen. Perputaran uang selama hari-hari besar juga cenderung positif. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menilai periode musiman memang menjadi faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Momen Ramadhan dan lebaran dipandang memberi dampak yang kuat pada pertumbuhan ekonomi di samping hari besar lainnya, yaitu pada saat Natal dan Tahun Baru.
Periode Ramadhan tahun ini yang dimulai sejak 12 Maret tetap diharapkan menjadi dorongan dalam pertumbuhan ekonomi yang diprediksi tetap sama. Selain itu, secara tetap perputaran uang juga diprediksi tetap tumbuh positif dari bulan-bulan sebelumnya. Apalagi mengingat masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk membagi-bagikan bingkisan lebaran dan sedekah pada saat pulang ke kampung halaman. Dan juga, belanja masyarakat untuk keperluan makanan serta transportasi mudik selama Ramadhan dan perayaan Idul Fitri meningkatkan pengeluaran yang banyak.
Tidak dapat dimungkiri, bahwa kenaikan harga pangan sebelum Ramadhan cukup membuat waspada. Badan Pusat Statistik (BPS) sudah memberi peringatan terhadap kondisi tersebut. Secara umum, data historis pada momen Ramadhan selalu menunjukkan terjadinya inflasi. Meskipun terjadinya fenomena inflasi menjelang Ramadhan, kondisi tersebut dinilai Josua tidak mengganggu dan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja konsumsi masyarakat. Terlepas dari berbagai tantangan global dan domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap akan sama mengingat masyarakat memiliki tambahan dukungan sebagai bantalan ekonomi khususnya pada masyarakat kelas menengah dan bawah. Dengan berbagai tanda positif dalam pertumbuhan ekonomi, Ramadhan dan lebaran tahun ini harus disambut dan dijalani dengan optimistis. Momen hari besar keagamaan selalu mendorong kenaikan permintaan dan uang yang beredar. Hal ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi. Tetapi, tentu pastinya dengan catatan bahwa Pemerintah dan pemangku kepentingan harus dapat menjaga stabilitas harga komoditas vital selama Ramadhan, terutama terkait pangan dan energi. Dan yang lebih fundamental, Pemerintah juga harus membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya sehingga mampu untuk membantu kinerja konsumsi pada kelas menengah pada saat harga barang-barang sedang meningkat.