Al Quran memberikan informasi kepada kita tentang berbagai peristiwa dalam suatu perjalanan para-Nabi dan Kaumnya. Betapa pentingnya cerita atau kisah tersebut agar kita mampu mengambil pelajaran atau ‘ibrah. Peristiwa demi peristiwa pengalaman hidup orang pilihan Yang Maha Kuasa dan sekaligus tokoh legendaris pada masanya.
Abi Abdillah al Haris bin Asad al Muhasibi Al Bashri dalam karyanya “ Risalah al Mustarsyidin” menginformasikan pendapat sebagian ulama: bahwa Banyak hikayat atau cerita-cerita itu sebagai suatu pasukan atau tantara dari banyaknya tantara Allah. Mengapa demikian? Sebab Allah memberikan keteguhan hati para kekasihanya dengan cerita para nabi.
Imam Abu Hanifah berpandangan bahwa “Hikayat para ulama dan berbagai perilaku baik mereka lebih saya sukai dari pada persoalan fikih, karena hikayat-hikayat tersebut merupakan budaya masyarakat pada waktu itu”. Cara memahami relasi sosial dan praktik sosial masyarakat dapat dipahami dari para ulama sebagai agen sosial. Imam Abu Hanifah ini melampaui pikiran Pierre Bourdieu tentang Habitus, dan Social Practise.
Sufyan bin ‘uyainah berpandangan bahwa Ketika mengingat cerita orang-orang sholih akan mendapatkan kasih sayah atau rahmah. Wallahu a’lam bishawab.
(Sulkhan).